Tampilkan postingan dengan label Bebas Berkata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bebas Berkata. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 September 2019

Bayangan itu

Tak tahu lagi harus bagaimana caranya aku menghadapi perasaan ini. Perasaan yang kerap kali ingin mencekik batinku. Perasaan yang tak semestinya ada di dalam hati. Aku tidak sedang memikirkannya, namun terkadang tentangnya muncul begitu saja.

Aku tidak sedang melamunkannya, tapi lagi-lagi dirinyalah yang menyapaku dalam heningnya waktu. Semua tentangnya seolah tak ada yang bisa menggantikan!

Pernahkah kalian merasakan hal yang sama?

[Sumber Foto : brilio.net]
Diriku pun tak tahu perasaan apa yang kerap kali muncul menyapa hati yang mungkin belum bisa mengikhlaskan. Yaa! Kata mereka ikhlaskan saja~ Boleh dibilang, diri ini sudah berusaha semaksimal mungkin agar bisa merelakannya pergi bersama yang lain. Tapi, mengapa bayangnya tak hentinya muncul?

Segala macam cara telah ku usahakan agar bisa merelakan dan melupakannya. Menekuni passion, bertemu dengan orang baru, bahkan berkeliling kota!

Tempo hari sempat tak muncul bayangan itu. Rasanya hidupku tenang, tak ada lagi yang menghantui. Tapi, siapa sangka bayangannya tanpa diundang datang dengan raut tanpa dosa.

Ah kamu memang sempat menjadi yang teristimewa di hati ini. Bisa dibilang kamulah cinta pertamaku. Kamu dahulu sangat bisa membuat hatiku begitu senang, membuat hati kian hari kian berbunga.

Tapi, hingga takdir itu datang kamu seolah membiarkan hati yang sudah berbunga menjadi terbakar hingga berwujud abu.

Memang benar, jodoh telah ditentukan oleh Tuhan. Tapi, mengingat saat itu kamu pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun membuat diri bertanya. Apa dosa ku?!

Kini, aku merasa seperti seorang gadis yang sedang mencari sesuatu tanpa kepastian. Padahal, kepastian itu sudahlah musnah. Ah sungguh sulit untuk aku deskripksikan.

Satu hal yang mesti ku lakukan. Aku harus belajar ilmu ikhlas, agar semua tentangmu bisa pergi tanpa aku cegat!

Wahai kamu cinta pertamaku, berbahagialah di sana. Dengan perempuan pilihanmu. Aku harap kamu bisa membiarkanku hidup bahagia tanpa bayangmu~

Doakan aku agar menjadi perempuan beruntung yang  bisa berdampingan dengan lelaki yang kurang lebih sama seperti adanya kamu.

Takdir memanglah harus diterima. Memang, terkadang pedih terasa menyesakkan dada. Tapi yakinlah bahwa ketentuanNya adalah yang terbaik bagi jalan hidup kita.

Untuk kamu, semoga tulisan ini sampai kepada hati yang dulu pernah singgah. Namun harapku adalah kamu tetap bisa berbahagia meski teringat akan kenangan dahulu.

Ingatlah, kewajibanmu kini adalah membahagiakan dia yang disampingmu bukan mengenang masa lalu bersamaku.

Tentang lagu Rossa yang berjudul Wanita yang Kau Pilih biarlah menjadi lagu terindah untuknya, bukan lagi untuk diriku.

Aku tak apa membiarkan kenangan itu muncul sesekali dalam pikiranku, tapi jangan denganmu!
Aku tak apa merasakan remuknya hati karena telah tenggelam dalam pikiran yang bodoh, dan kamu jangan!
Karena aku masih sendiri, sedangkan kamu sudah menetapkan hati!

Minggu, 03 Maret 2019

Mepet Deadline Sampai Merindu

Malam ini seolah badan dan mataku menolak untuk menuruti isi kepala bahwa aku mesti terus menulis. Mataku lelah, badan apalagi, tapi pikiranku terbayang akan tugas yang telah berteriak meminta untuk segera diselesaikan. 

Memang sih deadline masih sampai besok malam, tapi menulis mepet deadline itu ga enak banget! Biasanya aku menulis paling lama ya sehari sebelum deadline, pernah sih ngumpulin tulisan pas hari H deadline. Dan itu rasanya kayak dikejar-kejar srigala seperti yang ada di salah satu mimpiku! Upss. Sudahlah tidak baik membicarakan mimpi buruk. Ya, intinya ga enaklah menulis pas dikejar-kejar deadline.

Kalau lagi merasa lelah seperti ini, aku kok malah asiknya menulis yang ngalor ngidul seperti tulisan kali ini. Menulis apa saja yang ada di pikiran sebagai refleksi diri. Menulis yang bukan lebih kepada pekerjaan. 

Entah, menulis sudah seperti bagian dari diri ini. Di saat bibir terdiam, namun di pikiran ada beribu bahasa yang tak mampu terucap, menulislah yang membuat semuanya menjadi lega. Legaaa.. Ahh sungguh lega dengan mengeluarkan kata demi katanya melalui tulisan.

Terkadang aku kesal dengan diri ini, selalu ngeyel saat dinasehati untuk tidak begadang. Padahal pernah tak sadarkan diri karena 'begadang'. Selalu seperti itu ketika visioner ini sedang getol. Pengalamannya lah yang membuat visioner ini menjadi begitu keras terhadap dirinya sendiri.

Aku jadi teringat dengan kata-kata dari guru ngaji tadi, bahwa "Di dunia ini tidak ada yang paling dekat dengan kita kecuali Tuhan. Bahkan Orang tua sekalipun, jauh dari kita." Aku mencoba mengolah kata-kata itu dipikiran ini. 

Seperti menjawab masalah hidup yang selama ini aku rasakan, kata-kata itu menjadi penyejuk dalam jiwa yang sedang berontak dengan segala permasalahannya. Yang sangat mengerti diri ini hanya Tuhan, bahkan diri ini pun terkadang belum tentu paham, karena tertutup oleh berbagai stigma.

Pernahkah merasakan pengkhianatan yang amat menyakitkan hingga tak bisa lagi percaya dengan yang namanya 'manusia'? Itu tanda Tuhan sedang menegur, bahwa hanya diriNya yang patut untuk dipercaya sepenuhnya. 
 
Hidup ini memang rumit kalau kita terus memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Seperti benang kusut kalau kita terus-terusan terlarut dalam memelihara luka demi lukanya. 

Sakit hati itu biarlah menemukan sembuhnya seiring berjalan waktu. 

Hay kalian yang sengaja menyingkirkan diri visoner ini. Ingat, jangan curang dan jangan licik. Ada Tuhan yang melihat. 

Hay orang-orang terbaikku, terimakasih karena masih mau menerima diri dengan segala hinaan dan hujatan. Dengan segala dosa yang mengguyur tubuh. Jika dikau kecewa dengan diri ini, tak apa jika ingin sekadar menjauh sebentar. Tapi jangan lama, karena aku tak mau merindu.