Malam ini seolah badan dan mataku menolak untuk menuruti isi kepala bahwa aku mesti terus menulis. Mataku lelah, badan apalagi, tapi pikiranku terbayang akan tugas yang telah berteriak meminta untuk segera diselesaikan.
Memang sih deadline masih sampai besok malam, tapi menulis mepet deadline itu ga enak banget! Biasanya aku menulis paling lama ya sehari sebelum deadline, pernah sih ngumpulin tulisan pas hari H deadline. Dan itu rasanya kayak dikejar-kejar srigala seperti yang ada di salah satu mimpiku! Upss. Sudahlah tidak baik membicarakan mimpi buruk. Ya, intinya ga enaklah menulis pas dikejar-kejar deadline.
Kalau lagi merasa lelah seperti ini, aku kok malah asiknya menulis yang ngalor ngidul seperti tulisan kali ini. Menulis apa saja yang ada di pikiran sebagai refleksi diri. Menulis yang bukan lebih kepada pekerjaan.
Entah, menulis sudah seperti bagian dari diri ini. Di saat bibir terdiam, namun di pikiran ada beribu bahasa yang tak mampu terucap, menulislah yang membuat semuanya menjadi lega. Legaaa.. Ahh sungguh lega dengan mengeluarkan kata demi katanya melalui tulisan.
Terkadang aku kesal dengan diri ini, selalu ngeyel saat dinasehati untuk tidak begadang. Padahal pernah tak sadarkan diri karena 'begadang'. Selalu seperti itu ketika visioner ini sedang getol. Pengalamannya lah yang membuat visioner ini menjadi begitu keras terhadap dirinya sendiri.
Aku jadi teringat dengan kata-kata dari guru ngaji tadi, bahwa "Di dunia ini tidak ada yang paling dekat dengan kita kecuali Tuhan. Bahkan Orang tua sekalipun, jauh dari kita." Aku mencoba mengolah kata-kata itu dipikiran ini.
Seperti menjawab masalah hidup yang selama ini aku rasakan, kata-kata itu menjadi penyejuk dalam jiwa yang sedang berontak dengan segala permasalahannya. Yang sangat mengerti diri ini hanya Tuhan, bahkan diri ini pun terkadang belum tentu paham, karena tertutup oleh berbagai stigma.
Pernahkah merasakan pengkhianatan yang amat menyakitkan hingga tak bisa lagi percaya dengan yang namanya 'manusia'? Itu tanda Tuhan sedang menegur, bahwa hanya diriNya yang patut untuk dipercaya sepenuhnya.
Hidup ini memang rumit kalau kita terus memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Seperti benang kusut kalau kita terus-terusan terlarut dalam memelihara luka demi lukanya.
Sakit hati itu biarlah menemukan sembuhnya seiring berjalan waktu.
Hay kalian yang sengaja menyingkirkan diri visoner ini. Ingat, jangan curang dan jangan licik. Ada Tuhan yang melihat.
Hay orang-orang terbaikku, terimakasih karena masih mau menerima diri dengan segala hinaan dan hujatan. Dengan segala dosa yang mengguyur tubuh. Jika dikau kecewa dengan diri ini, tak apa jika ingin sekadar menjauh sebentar. Tapi jangan lama, karena aku tak mau merindu.
Makin rajin aja nulisnya nih. Mantul
BalasHapus