Rabu, 23 Oktober 2019

Hingga Terbiasa

Sebenarnya sudah lama diri ini ingin menulis mengenai suka duka selama satu setengah tahunan ini. Tapi itu lah aku, terlalu banyak mikirnya! Jadinya, tulisan kali ini ya gak selesai-selesai. Tapi pas ada teman yang request, mau tau apa saja suka duka menjadi seorang freelancer, hati ini pun seperti ada yang mengetuknya dan berkata bahwa tulisan ini mesti dirampungkan.

Sebenarnya, aku merasa belum pantas menuliskan tentang hal ini. Karena bisa dibilang, aku masih bocah banget dalam bidang freelancer (Dunia kreatif). Belum profesional gitu lah pokoknya. Tapiiiiiii, temanku ini lho kepengen tahu. Ya gak ada salahnya kan, klo aku berbagi cerita tentang perjalanan selama kurang lebih satu setengah tahun ini?!

Hingga Terbiasa

________________________________________________________________________________

Ada yang bilang, semuanya jika sudah terbiasa maka akan menjadi mudah saja. Seperti dalam melatih percakapan, jika sudah terbiasa maka akan sangat mudah dalam bercakap memakai suatu bahasa.
Sebenarnya, banyak sekali yang ingin aku bahas pada artikel kali ini. Mulai dari soal melatih kesabaran, melatih keterampilan, sampai melatih emosi.

Untuk Meyakinkan, Kita Harus Buktikan


Aku merupakan seseorang yang terlahir dari keluarga yang mempunyai pola pikir bahwa bekerja itu ya semestinya di kantor atau tempat kerja. Sedangkan aku, rasanya mesti banget meyakinkan mereka bahwa kerja tak selamanya mesti di kantor.

Lalu bagaimana caraku meyakinkan mereka bahwa "Aku bisa menghidupkan diri dari hasil kerja freelancer?"

Jujur, sampai sekarang pun aku masih dalam tahap ingin benar-benar meyakinkan mereka dengan segala usaha yang aku lakukan.

Terkadang, orang tua atau pun keluarga butuh bukti untuk mereka benar-benar percaya.

Dan ini lah usaha yang harus aku lakukan, terus belajar, belajar, belajar, berusaha, serta berdoa untuk meyakinkan mereka. Dengan melakukan pekerjaan secara maksimal, berapa pun rupiah yang di dapat. Karena aku yakin, bahwa tidak ada hasil yang menghianati usaha.

Mungkin iya rupiah yang aku dapatkan tak sebanding dengan kerja kerasku yang sangat menyita waktu dan energi, tapi aku tak tahu usahaku yang mana yang akan mengantarkanku kepada keberhasilan.

Mungkin, kalau kalian baca artikelku ini bisa berasumsi bahwa aku ini orangnya terlalu ambisius. Tapi itulah aku, ingin segala yang telah aku kerjakan memang benar-benar yang terbaik atas usahaku.

Hingga aku kuatkan tekad untuk berusaha konsisten untuk terus mengupgrade kemampuan diri. Dengan berusaha terus melatih kemampuan diri tanpa kata tapi. Dengan berusaha agar terus dapat membuka mata, hati, dan pikiran untuk semua peluang yang bisa diambil.

Hidup itu keras! Kalau kita tidak berusaha dan berdoa keras, kita akan lemah~

Perlunya Memanage Kesabaran dan Emosi


Jujur saja, selama menjadi seorang freelancer, aku mesti mengatur manajemen kesabaran dan emosiku juga. Tak sedikit dari mereka (orang-orang yang mengenalku) yang meremehkan pekerjaan freelancer ini, tak sedikit dari mereka yang mencemooh sampai memfitnah yang engga-engga atas diri ini. Sampai-sampai aku ingin menjadi orang yang antipati saja terhadap mereka itu! Capek woy terus-terusan dikucilkan dan difitnah!!!! Mungkin klo aku gak ingat Tuhan, sudah bunuh diri kalik! Naudzubillah..

Tapi, beruntungnya aku berada di lingkungan kerja saat ini adalah dengan hadirnya teman-teman yang bersedia untuk saling support! Mungkin bisa dibilang, mereka lah salah satu penguatku. Di saat yang lain enggan untuk dimintai tolong, di saat yang lain gila dengan namanya akan dicantumkan jika menolong (gila gelar). Teman kerja ku ini yang saling support dengan ikhlas membantu temannya yang memang sedang butuh bantuan.

AAAAHHHHH sungguh memang benar adanya, yang merasakanlah yang akan mengerti. Yaps, teman seprofesi selalu bertangan terbuka untuk menolong karena tahu persis bagaimana sulitnya membuat konten! Aku pun kalau ada teman seprofesi yang chat untuk meminta tolong, diri ini selalu berusaha untuk bisa membantu.

Sehingga aku putuskan untuk bilang bahwa : "Tak selamanya aku sendiri, di lingkungan kerja ada mereka yang selalu support aku. Tapi itu semua tak lantas membuat aku menjadi orang yang mudah untuk meminta tolong kepada teman seprofesi. Karena aku yakin, mereka pun mempunyai kesibukannya masing-masing.


Hingga Terbiasa


Entah kenapa setelah berpindah-pindah tempat kerja, mulai dari buruh pabrik sampai buruh maskapai,  freelancer lah pekerjaan terlama yang aku geluti saat ini. Di dunia ini aku menikmati peranku. Aku menikmati saat-saat dikejar deadline, aku menikmati berhari-hari di depan laptop dan ponsel, daaaaan aku pun menikmati berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya.

Aku antipati dengan mereka yang meremehkan pekerjaan ini. Akan aku buktikan bahwa bahagiaku bukan ditentukan oleh mereka. Bahagiaku adalah aku yang menciptakannya, walaupun mereka berusaha untuk memusnahkannya!

Hingga terbiasa dengan semua yang telah terlatih~

Jumat, 20 September 2019

Kobaran Semangat yang Tak Padam

Sejalan dengan mereka yang menyayangi dan selalu support kamu. Akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu! Sering dong ya mendengar kata-kata itu?  Nah kali ini aku ingin sharing tentang pengalaman seseorang mengenai luka batinnya yang mungkin juga pernah kalian rasakan selama ini.

Pernah gak sih, kita lagi berusaha sejadi-jadinya namun ada saja yang mencoba untuk mematahkan semangat kita dalam berusaha? Sependengaran aku sebagai teman curhat seseorang yang tidak mau disebutkan namanya dan sebut saja "Mawar" sebagai nama samarannya pada artikel ini, beliau bercerita bahwa ada saja "beberapa orang" yang mencoba mematahkan semangatnya akan usaha yang selama ini ia jalani.

[Sumber Foto : https://pxhere.com/id/photo/76620]
Ketika dulu ia belum memiliki penghasilan yang mana dikatakan benar-benar "menganggur" ia selalu dicemooh akan usahanya dalam menjalani hobi. Namun, ia singkirkan perasaan baper sejenak untuk tetap berusaha menjalankan apa yang ia senangi.

Sampai saat ini pun ia telah memperoleh penghasilan dari hobinya, ia tetap dicemooh oleh orang tersebut. Tidak tau dasarnya apa orang itu terus-terusan mencemooh dirinya, yang ia tahu ia sempat sakit hati atas kata-kata itu namun ia berusaha untuk tetap bisa berdiri tegak.

Sampai suatu ketika, orang itu sungguh berlebih dalam menyangka hingga memfitnah. Mawar difitnah yang tidak-tidak atas apa yang ia kerjakan. Seolah dirinya telah melakukan dosa besar, padahal ia telah mempertimbangkan semuanya dengan amat hati-hati. Dan menurutku fitnah yang ditujukan kepada dirinya merupakan omong kosong.

Hingga Mawar berada di posisi down. Sangat down menurutku! Ia menangis terlalu larut hingga matanya membengkak, dan yang paling fatal adalah berhenti berkarya. Rasanya aku ingin marah sejadi-jadinya dengan orang yang telah kejam membuat Mawar terluka batinnya!

Sekitar seminggu aku tak menemui karyanya bertengger di akun media sosialnya. Sangat berbeda! Ia yang biasanya begitu semangat dalam berkarya, kini tak lagi aku melihat kobaran semangatnya. Ia yang biasanya menyebarkan berbagai karya di linimasa, tak juga ku temui satu pun karya. Ia benar-benar rapuh kala itu!

Namun seperti yang telah aku ketahui, bahwa ia adalah perempuan dengan mental yang begitu kuat. Aku percaya bahwa tangisnya hanya sesaat. Aku percaya ia akan bangkit dengan lebih kuat bersama karya-karyanya yang tertunda. Ya, itulah dia seorang Mawar yang aku kenal!

Kini aku melihat Mawar menjadi sosok perempuan yang lebih kuat setelah bungkam selama seminggu. Kini Mawar mendobrak pintu kamarnya bersamaan karya-karya yang menakjubkan. Dialah Mawar, temanku yang menjadikan keterpurukannya sebagai kesempatan untuk merenung sembari beristirahat.

Mereka bisa saja melukai hati mawar, tapi tidak dengan semangat juangnya yang telah tertanam dalam sanubari.

Dalam kisah ini aku ingin berpesan bahwa, siapa pun mereka yang mencoba untuk mematahkan usahamu dalam menggapai impian. Biarkanlah. Sejatinya mereka yang perlu dikasihani karena telah membuang waktunya secara percuma atas kelakuannya. Mereka hanya belum menemukan kebahagiaan atas hidupnya. Sedangkan kamu sudah mendapatkannya!

Mawar, tetaplah semangat dalam menggapai asamu. Kamu tak apa mendengar cemoohan itu setiap kali kamu keluar rumah. Tak apa! Tapi, kamu juga perlu mengingat bahwa ada banyak orang yang telah menanti karya-karyamu, termasuk aku. Mimpimu akan menjadi nyata di depan sana bersamaan dengan kamu yang lebih tangguh! Kini, persiapkanlah diri untuk menjemput impian di ujung sana yang telah menantimu~











Terimakasih sudah membaca. Sampai jumpa di kisah selanjutnya ya!

Jumat, 13 September 2019

Bayangan itu

Tak tahu lagi harus bagaimana caranya aku menghadapi perasaan ini. Perasaan yang kerap kali ingin mencekik batinku. Perasaan yang tak semestinya ada di dalam hati. Aku tidak sedang memikirkannya, namun terkadang tentangnya muncul begitu saja.

Aku tidak sedang melamunkannya, tapi lagi-lagi dirinyalah yang menyapaku dalam heningnya waktu. Semua tentangnya seolah tak ada yang bisa menggantikan!

Pernahkah kalian merasakan hal yang sama?

[Sumber Foto : brilio.net]
Diriku pun tak tahu perasaan apa yang kerap kali muncul menyapa hati yang mungkin belum bisa mengikhlaskan. Yaa! Kata mereka ikhlaskan saja~ Boleh dibilang, diri ini sudah berusaha semaksimal mungkin agar bisa merelakannya pergi bersama yang lain. Tapi, mengapa bayangnya tak hentinya muncul?

Segala macam cara telah ku usahakan agar bisa merelakan dan melupakannya. Menekuni passion, bertemu dengan orang baru, bahkan berkeliling kota!

Tempo hari sempat tak muncul bayangan itu. Rasanya hidupku tenang, tak ada lagi yang menghantui. Tapi, siapa sangka bayangannya tanpa diundang datang dengan raut tanpa dosa.

Ah kamu memang sempat menjadi yang teristimewa di hati ini. Bisa dibilang kamulah cinta pertamaku. Kamu dahulu sangat bisa membuat hatiku begitu senang, membuat hati kian hari kian berbunga.

Tapi, hingga takdir itu datang kamu seolah membiarkan hati yang sudah berbunga menjadi terbakar hingga berwujud abu.

Memang benar, jodoh telah ditentukan oleh Tuhan. Tapi, mengingat saat itu kamu pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun membuat diri bertanya. Apa dosa ku?!

Kini, aku merasa seperti seorang gadis yang sedang mencari sesuatu tanpa kepastian. Padahal, kepastian itu sudahlah musnah. Ah sungguh sulit untuk aku deskripksikan.

Satu hal yang mesti ku lakukan. Aku harus belajar ilmu ikhlas, agar semua tentangmu bisa pergi tanpa aku cegat!

Wahai kamu cinta pertamaku, berbahagialah di sana. Dengan perempuan pilihanmu. Aku harap kamu bisa membiarkanku hidup bahagia tanpa bayangmu~

Doakan aku agar menjadi perempuan beruntung yang  bisa berdampingan dengan lelaki yang kurang lebih sama seperti adanya kamu.

Takdir memanglah harus diterima. Memang, terkadang pedih terasa menyesakkan dada. Tapi yakinlah bahwa ketentuanNya adalah yang terbaik bagi jalan hidup kita.

Untuk kamu, semoga tulisan ini sampai kepada hati yang dulu pernah singgah. Namun harapku adalah kamu tetap bisa berbahagia meski teringat akan kenangan dahulu.

Ingatlah, kewajibanmu kini adalah membahagiakan dia yang disampingmu bukan mengenang masa lalu bersamaku.

Tentang lagu Rossa yang berjudul Wanita yang Kau Pilih biarlah menjadi lagu terindah untuknya, bukan lagi untuk diriku.

Aku tak apa membiarkan kenangan itu muncul sesekali dalam pikiranku, tapi jangan denganmu!
Aku tak apa merasakan remuknya hati karena telah tenggelam dalam pikiran yang bodoh, dan kamu jangan!
Karena aku masih sendiri, sedangkan kamu sudah menetapkan hati!

Minggu, 08 September 2019

Pilihan yang Sesungguhnya

[Sumber Foto : Glints.com]
"Kamu yakin mau jadi freelance aja yang kerjanya ga tentu dan gajinya pun ga bisa diprediksi?" Ucap ibu ku yang memang masih memegang prinsip bahwa kerja itu harus jelas. Dan masih memandang bahwa seorang Freelancer adalah pengangguran.

Hidup tak lepas dari memutuskan pilihan. Mau tidak mau kita dipaksa untuk memilih. Mungkin lebih tepatnya, apa yang kita jalankan secara tidak langsung itulah pilihan kita. Setiap kita berhak menentukan pilihan yang akan kita jalani ke depannya. Memang, terkadang pilihan yang sesuai hati mesti bertentangan dengan banyak kepala. Terlebih jika hati merasa sudah benar-benar mantap menentukannya. Ada saja rintangan yang mesti bertentangan dengan pilihan tersebut. Termasuk salah satunya adalah adu argumen antar kepala.

Ada yang bilang, hidup kita yang jalani ya diri kita. Bukan dia atau pun mereka! Tapi nyatanya, ada saja adu aregumen yang mesti dihadapi atas apa yang telah kita pilih untuk kehidupan kita. Entah itu adu argumen dengan orang tua, keluarga, atau pun sahabat dan teman.

Kalau sudah seperti itu apa yang bisa kita lakukan? Mungkin berusaha untuk meyakinkannya dan menyingkirkan sifat baper agar mendapat kesepakatan di antara semuanya. 

Kita bisa mengawali perjuangan dengan terus fokus mengejar kesepakatan. Terus berusaha dan tak henti berdoa. Mengambil semua peluang yang kiranya sesuai dengan kemampuan kita. Sampai-sampai, terkadang kita lupa batas diri sebagai manusia.

Namun, yakinlah bahwa Tuhan itu ada dan Maha Segalanya! Tidak ada yang tidak mungkin selama bumi ini masih berputar. Selama kita masih mempunyai nafas untuk hidup di bumi. Yakinlah bahwa kita mampu menembus batas itu. Batas yang menurut mereka tidak mampu untuk kita raih. Batas di mana mereka masih meragukan apa yang telah kita pilih.

Sejalan dengan proses berjuang, lakukanlah juga apa-apa yang Tuhan sukai. Menyebut namaNya, Bertasbih karenaNya, Bersedekah karenaNya, Berbuat baik kepada setiap makhlukNya. Ya intinya, lakukanlah kebaikan selagi kita mampu untuk melakukannya. Selagi peluang itu ada untuk kita!

Memang, saat diri sedang mengejar asa. Ada saja yang membuat diri menjadi down. Tak apa down sejenak, mengertikanlah akan dirimu yang butuh untuk beristirahat. Namun, jangan terlalu larut dalam beristirahat. Ingat, ada sesuatu yang telah menunggumu di depan sana.

Asa mu itu, patut untuk terus kamu perjuangkan!

Terkadang di saat kita sudah merasa mampu untuk mempertahankan apa yang telah kita pilih, ada saja sesuatu yang membuat diri ingin berpaling, ingin beralih ke haluan lain. Terlebih jika sesuatu itu lebih terlihat indah jika dijalani.

Aah.. Memang ada saja gangguan, akan selalu ada rayuan!

Apapun yang menjadi keputusanmu itu, yakinilah hati bahwa itu memang yang terbaik atas hidupmu. Bukan untuk mereka yang terus mengomporimu!

Percayalah bahwa setiap kepala tidak bisa disamakan pandangannya. Tidak akan bisa! Maka, hargailah mereka yang berbeda pandangan dengan kepalamu. Kamu juga berhak mendengar pendapatnya, tapi selebihnya kamu yang berhak menentukan ke mana arah hidupmu! Tentunya tetap memegang pedoman hidup dari Tuhan. Karena kita hidup di bumi ini adalah sebagai hamba yang membutuhkan pedoman itu "Al-Qur'an".

Hay kamu yang sedang diterpa dilema hidup. Yakinilah diri bahwa hidup ini layaknya seperti sebuah perahu yang sedang berlayar, kita berusaha untuk sampai di tujuan dengan selamat bagaimana pun caranya. Perahu berlayar mengandalkan arah angin, begitulah juga hidup kita yang mengandalkan pedoman hidup dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Maka yakinlah untuk terus melangkah, tentunya beriringan dengan selalu belajar agama.




Minggu, 03 Maret 2019

Mepet Deadline Sampai Merindu

Malam ini seolah badan dan mataku menolak untuk menuruti isi kepala bahwa aku mesti terus menulis. Mataku lelah, badan apalagi, tapi pikiranku terbayang akan tugas yang telah berteriak meminta untuk segera diselesaikan. 

Memang sih deadline masih sampai besok malam, tapi menulis mepet deadline itu ga enak banget! Biasanya aku menulis paling lama ya sehari sebelum deadline, pernah sih ngumpulin tulisan pas hari H deadline. Dan itu rasanya kayak dikejar-kejar srigala seperti yang ada di salah satu mimpiku! Upss. Sudahlah tidak baik membicarakan mimpi buruk. Ya, intinya ga enaklah menulis pas dikejar-kejar deadline.

Kalau lagi merasa lelah seperti ini, aku kok malah asiknya menulis yang ngalor ngidul seperti tulisan kali ini. Menulis apa saja yang ada di pikiran sebagai refleksi diri. Menulis yang bukan lebih kepada pekerjaan. 

Entah, menulis sudah seperti bagian dari diri ini. Di saat bibir terdiam, namun di pikiran ada beribu bahasa yang tak mampu terucap, menulislah yang membuat semuanya menjadi lega. Legaaa.. Ahh sungguh lega dengan mengeluarkan kata demi katanya melalui tulisan.

Terkadang aku kesal dengan diri ini, selalu ngeyel saat dinasehati untuk tidak begadang. Padahal pernah tak sadarkan diri karena 'begadang'. Selalu seperti itu ketika visioner ini sedang getol. Pengalamannya lah yang membuat visioner ini menjadi begitu keras terhadap dirinya sendiri.

Aku jadi teringat dengan kata-kata dari guru ngaji tadi, bahwa "Di dunia ini tidak ada yang paling dekat dengan kita kecuali Tuhan. Bahkan Orang tua sekalipun, jauh dari kita." Aku mencoba mengolah kata-kata itu dipikiran ini. 

Seperti menjawab masalah hidup yang selama ini aku rasakan, kata-kata itu menjadi penyejuk dalam jiwa yang sedang berontak dengan segala permasalahannya. Yang sangat mengerti diri ini hanya Tuhan, bahkan diri ini pun terkadang belum tentu paham, karena tertutup oleh berbagai stigma.

Pernahkah merasakan pengkhianatan yang amat menyakitkan hingga tak bisa lagi percaya dengan yang namanya 'manusia'? Itu tanda Tuhan sedang menegur, bahwa hanya diriNya yang patut untuk dipercaya sepenuhnya. 
 
Hidup ini memang rumit kalau kita terus memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Seperti benang kusut kalau kita terus-terusan terlarut dalam memelihara luka demi lukanya. 

Sakit hati itu biarlah menemukan sembuhnya seiring berjalan waktu. 

Hay kalian yang sengaja menyingkirkan diri visoner ini. Ingat, jangan curang dan jangan licik. Ada Tuhan yang melihat. 

Hay orang-orang terbaikku, terimakasih karena masih mau menerima diri dengan segala hinaan dan hujatan. Dengan segala dosa yang mengguyur tubuh. Jika dikau kecewa dengan diri ini, tak apa jika ingin sekadar menjauh sebentar. Tapi jangan lama, karena aku tak mau merindu. 
 

Senin, 25 Februari 2019

Perkenalan Di Ruang

Di Ruang, Blog Pribadi, Blog Ocehan

Sebelum memulai untuk menulis lebih banyak, ada baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Mari ta'aruf melalui tulisan singkat ini.

Tulisan awal pada blog "Di Ruang" lebih kepada memperkenalkan diri. Mengapa blog ini terbuat dan apa tujuannya. 

Blog ini dinamakan "Di Ruang" sebab penulis sangat nyaman ketika menulis di dalam ruangan yang sepi. Terlebih jika malam hari tiba, di saat yang lain terlelap tidak ada suara apa pun  hanya bertemankan suara kipas angin yang telah beberapa tahun menemani. Di juga merupakan nama panggilan penulis, sehingga harapan penulis dengan adanya blog ini adalah untuk menuliskan segala pemikiran dan imajinasinya yang meronta untuk segera tertuang. 

Kita bebas berekspresi, terlebih untuk merelaksasikan diri. Oleh sebab itu blog ini terbuat untuk merelaksasikan pemikiran penulis terlepas dari semua beban hidup yang menggelayuti.

Di sangat berharap blog ini bisa menuliskan hal-hal seputar kehidupan, Di sangat ingin menulis pure dari hati dan pemikiran. Sebab, apa yang disampaikan dengan hati insyaAllah akan sampai ke hati. 

Blog ini mungkin akan berisi tentang kehidupan seorang introvert, tentang introvert yang sulit untuk berucap, tentang introvert yang sulit mengungkapkan rasa. Seringkali omongannya tidak bisa dimengerti oleh orang lain, oleh sebab itu introvert ini mencoba menuangkannya ke dalam tulisan. Agar ia bisa belajar merangkai kata yang dapat dimengerti oleh orang lain. Karena menulis sejatinya adalah proses pembelajaran diri. 

Sebagiannya lagi blog ini berisi tentang seorang introvert yang seringkali terlukai oleh kejahatan verbal dari lidah-lidah yang merasa tak berdosa. Dan sebagiannya lagi soal ketidakadilan yang kerap kali menjadi sorotan introvert yang tak mampu untuk mengungkapnya. Selebihnya, adalah soal imajinasi yang kerap kali menggebu untuk segera dituangkan.

Seperti itulah kiranya blog ini akan berjalan. Ya! Tentang kata yang tak mampu terucap, dan tentang rasa yang tak bisa dijelaskan. Mari kita belajar untuk menjadi "manusia yang memanusiakan manusia". 

Salam Di Ruang!