Minggu, 03 Maret 2019

Mepet Deadline Sampai Merindu

Malam ini seolah badan dan mataku menolak untuk menuruti isi kepala bahwa aku mesti terus menulis. Mataku lelah, badan apalagi, tapi pikiranku terbayang akan tugas yang telah berteriak meminta untuk segera diselesaikan. 

Memang sih deadline masih sampai besok malam, tapi menulis mepet deadline itu ga enak banget! Biasanya aku menulis paling lama ya sehari sebelum deadline, pernah sih ngumpulin tulisan pas hari H deadline. Dan itu rasanya kayak dikejar-kejar srigala seperti yang ada di salah satu mimpiku! Upss. Sudahlah tidak baik membicarakan mimpi buruk. Ya, intinya ga enaklah menulis pas dikejar-kejar deadline.

Kalau lagi merasa lelah seperti ini, aku kok malah asiknya menulis yang ngalor ngidul seperti tulisan kali ini. Menulis apa saja yang ada di pikiran sebagai refleksi diri. Menulis yang bukan lebih kepada pekerjaan. 

Entah, menulis sudah seperti bagian dari diri ini. Di saat bibir terdiam, namun di pikiran ada beribu bahasa yang tak mampu terucap, menulislah yang membuat semuanya menjadi lega. Legaaa.. Ahh sungguh lega dengan mengeluarkan kata demi katanya melalui tulisan.

Terkadang aku kesal dengan diri ini, selalu ngeyel saat dinasehati untuk tidak begadang. Padahal pernah tak sadarkan diri karena 'begadang'. Selalu seperti itu ketika visioner ini sedang getol. Pengalamannya lah yang membuat visioner ini menjadi begitu keras terhadap dirinya sendiri.

Aku jadi teringat dengan kata-kata dari guru ngaji tadi, bahwa "Di dunia ini tidak ada yang paling dekat dengan kita kecuali Tuhan. Bahkan Orang tua sekalipun, jauh dari kita." Aku mencoba mengolah kata-kata itu dipikiran ini. 

Seperti menjawab masalah hidup yang selama ini aku rasakan, kata-kata itu menjadi penyejuk dalam jiwa yang sedang berontak dengan segala permasalahannya. Yang sangat mengerti diri ini hanya Tuhan, bahkan diri ini pun terkadang belum tentu paham, karena tertutup oleh berbagai stigma.

Pernahkah merasakan pengkhianatan yang amat menyakitkan hingga tak bisa lagi percaya dengan yang namanya 'manusia'? Itu tanda Tuhan sedang menegur, bahwa hanya diriNya yang patut untuk dipercaya sepenuhnya. 
 
Hidup ini memang rumit kalau kita terus memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Seperti benang kusut kalau kita terus-terusan terlarut dalam memelihara luka demi lukanya. 

Sakit hati itu biarlah menemukan sembuhnya seiring berjalan waktu. 

Hay kalian yang sengaja menyingkirkan diri visoner ini. Ingat, jangan curang dan jangan licik. Ada Tuhan yang melihat. 

Hay orang-orang terbaikku, terimakasih karena masih mau menerima diri dengan segala hinaan dan hujatan. Dengan segala dosa yang mengguyur tubuh. Jika dikau kecewa dengan diri ini, tak apa jika ingin sekadar menjauh sebentar. Tapi jangan lama, karena aku tak mau merindu. 
 

Senin, 25 Februari 2019

Perkenalan Di Ruang

Di Ruang, Blog Pribadi, Blog Ocehan

Sebelum memulai untuk menulis lebih banyak, ada baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Mari ta'aruf melalui tulisan singkat ini.

Tulisan awal pada blog "Di Ruang" lebih kepada memperkenalkan diri. Mengapa blog ini terbuat dan apa tujuannya. 

Blog ini dinamakan "Di Ruang" sebab penulis sangat nyaman ketika menulis di dalam ruangan yang sepi. Terlebih jika malam hari tiba, di saat yang lain terlelap tidak ada suara apa pun  hanya bertemankan suara kipas angin yang telah beberapa tahun menemani. Di juga merupakan nama panggilan penulis, sehingga harapan penulis dengan adanya blog ini adalah untuk menuliskan segala pemikiran dan imajinasinya yang meronta untuk segera tertuang. 

Kita bebas berekspresi, terlebih untuk merelaksasikan diri. Oleh sebab itu blog ini terbuat untuk merelaksasikan pemikiran penulis terlepas dari semua beban hidup yang menggelayuti.

Di sangat berharap blog ini bisa menuliskan hal-hal seputar kehidupan, Di sangat ingin menulis pure dari hati dan pemikiran. Sebab, apa yang disampaikan dengan hati insyaAllah akan sampai ke hati. 

Blog ini mungkin akan berisi tentang kehidupan seorang introvert, tentang introvert yang sulit untuk berucap, tentang introvert yang sulit mengungkapkan rasa. Seringkali omongannya tidak bisa dimengerti oleh orang lain, oleh sebab itu introvert ini mencoba menuangkannya ke dalam tulisan. Agar ia bisa belajar merangkai kata yang dapat dimengerti oleh orang lain. Karena menulis sejatinya adalah proses pembelajaran diri. 

Sebagiannya lagi blog ini berisi tentang seorang introvert yang seringkali terlukai oleh kejahatan verbal dari lidah-lidah yang merasa tak berdosa. Dan sebagiannya lagi soal ketidakadilan yang kerap kali menjadi sorotan introvert yang tak mampu untuk mengungkapnya. Selebihnya, adalah soal imajinasi yang kerap kali menggebu untuk segera dituangkan.

Seperti itulah kiranya blog ini akan berjalan. Ya! Tentang kata yang tak mampu terucap, dan tentang rasa yang tak bisa dijelaskan. Mari kita belajar untuk menjadi "manusia yang memanusiakan manusia". 

Salam Di Ruang!